Pemimpin Palsu dan Pencitraan: Rakyat Butuh Bukti, Bukan Sekedar Selfie

    Pemimpin Palsu dan Pencitraan: Rakyat Butuh Bukti, Bukan Sekedar Selfie

    POLITIK - Dalam dunia serba cepat dan digital ini, kita semua pasti sudah tak asing lagi dengan tokoh publik yang lebih sibuk bermain dengan kamera daripada menyingsingkan lengan baju untuk bekerja. Bagaimana tidak? Saat ini, popularitas di media sosial sering kali dianggap lebih penting daripada kinerja nyata. Dengan segala daya dan upaya, banyak tokoh yang berusaha mengemas diri agar terlihat keren, humble, atau bahkan merakyat—sekedar demi like, comment, dan share. Tapi coba tanya pada rakyat yang sudah lelah menanti janji-janji yang tak pernah terwujud: apakah semua itu cukup?

    Rakyat Indonesia, yang sudah terlatih menilai janji kosong dari tahun ke tahun, sebenarnya tidak sulit memahami bahwa yang mereka butuhkan adalah pemimpin berbasis kinerja, bukan sekadar sosok yang lihai membangun citra diri lewat media sosial. Pemimpin yang mereka harapkan adalah mereka yang bekerja dalam sunyi tapi membuahkan hasil yang bisa dirasakan. Bukankah lebih baik pemimpin yang sibuk turun langsung ke lapangan, mengatasi masalah dan mengurai kesulitan, daripada yang sibuk memoles citra lewat konten-konten berkilau di Instagram?

    Di Antara Janji dan Bukti

    Mari kita lihat kenyataan: pemimpin yang berfokus pada kinerja terukur adalah mereka yang tidak banyak bicara tapi hasil kerjanya nyata. Mereka tidak hanya sibuk memberi janji atau membuat statement "akan" ini dan "akan" itu. Pemimpin sejati adalah mereka yang punya jejak rekam, yang dapat diukur melalui data dan fakta—mulai dari infrastruktur yang benar-benar dibangun, peningkatan kualitas pendidikan, penurunan kemiskinan, hingga kesejahteraan rakyat yang makin membaik.

    Berbeda dengan pencitraan yang bisa dikemas dengan mudah, kinerja nyata membutuhkan waktu dan komitmen. Rakyat tidak bodoh; mereka bisa membedakan mana pemimpin yang benar-benar bekerja untuk mereka dan mana yang hanya sibuk berpura-pura. Bagi rakyat, bukan janji dan pencitraan yang akan membantu mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi hasil nyata yang dihadirkan melalui kebijakan yang berpihak pada rakyat. 

    Pesona Pemimpin Pencitraan

    Namun, di tengah kebutuhan akan pemimpin berkinerja tinggi, muncul pula tren baru di mana beberapa pemimpin berubah menjadi "content creator" yang pandai menarik perhatian publik. Dari konten makan siang ala rakyat hingga vlog keseharian yang penuh drama, mereka hadir dengan segudang narasi yang enak ditonton. Mungkin, ada yang berpikir, "Bukankah bagus jika pemimpin dekat dengan rakyat?" Tapi, tunggu dulu. Apa gunanya semua itu jika hasil nyata dari kepemimpinan mereka tidak terlihat?

    Bukannya rakyat anti terhadap pemimpin yang tampil humanis di media sosial. Masalahnya, jika seorang pemimpin lebih sibuk menciptakan konten daripada berkinerja, hal ini menjadi tidak produktif. Bukankah seharusnya waktu mereka lebih banyak dihabiskan untuk merancang dan menjalankan kebijakan yang berdampak langsung pada rakyat? Pada akhirnya, media sosial bisa menjadi alat komunikasi yang baik, namun jangan sampai menjadi alat utama untuk menilai kinerja seorang pemimpin.

    Pemimpin yang Kinerjanya Nyata, Bukan Palsu di Kamera

    Jadi, apa yang benar-benar diinginkan oleh rakyat Indonesia? Rakyat menginginkan pemimpin yang tidak hanya berbicara, tetapi berbuat. Mereka ingin sosok yang mementingkan kerja nyata daripada sekadar membangun citra. Pemimpin sejati tidak akan membutuhkan banyak pencitraan karena hasil kinerjanya akan berbicara. Ketika pembangunan infrastruktur dirampungkan tepat waktu, ketika angka kemiskinan menurun, atau ketika akses pendidikan semakin luas, rakyat akan melihat dan merasakan perubahan nyata itu sendiri.

    Kini, rakyat Indonesia sudah semakin kritis dan paham bahwa pencitraan yang berlebihan hanya akan menghambat kemajuan. Saatnya untuk mendukung pemimpin yang lebih banyak bekerja daripada berpose, yang lebih fokus pada hasil daripada tampilan. Pemimpin yang kita butuhkan adalah mereka yang tahu kapan harus tampil di depan kamera dan kapan harus terjun langsung ke lapangan untuk bekerja.

    Bukti, Bukan Sekedar Selfie

    Kita semua tahu, popularitas bukanlah bukti kinerja. Rakyat yang cerdas tidak akan terpesona oleh pemimpin yang hanya bisa tampil keren di layar kaca. Mereka butuh bukti yang nyata, bukan sekadar selfie. Rakyat sudah cukup lelah dengan pemimpin yang hanya sibuk berwacana dan merangkai kata-kata. Mereka butuh aksi, solusi, dan hasil nyata yang bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

    Jadi, wahai calon pemimpin, jika Anda sungguh-sungguh ingin mengabdi pada rakyat, buktikanlah dengan kinerja yang terukur. Jangan hanya hadir untuk memoles citra atau membuat konten. Jadilah pemimpin yang berdampak nyata, karena pada akhirnya, rakyat akan selalu lebih menghargai bukti nyata daripada sekadar pencitraan.

    Jakarta, 04 November 2024
    Hendri Kampai
    Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi

    hendri kampai pemimpin palsu pencitraan selfie indonesia satu
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Hendri Kampai: Jangan Mengaku Jurnalis Jika...

    Artikel Berikutnya

    Hendri Kampai: Content Delivery Networks,...

    Komentar

    Berita terkait